sejarah isra'mirajnya nabi muhammad saw
KISAH ISRA' DAN MIRAJ NABI MUHAMMAD SAW
Isra Mi’raj merupakan peristiwa terbesar yang pernah terjadi dalam
sejarah kehidupan manusia, yaitu di mana seorang manusia dipertemukan
dengan Penciptanya secara langsung dalam kehidupan dunia ini. Peristiwa
tersebut hanya dianugerahkan Allah kepada baginda, Nabi Besar Muhammad
saw. Tentunya dalam perjalanan itu banyak sekali pelajaran dan hikmah
yang dapat kita petik. Jika dalam perjalanan keluar kota saja kita dapat
memetik banyak pelajaran, bagaimana kiranya dalam perjalanan menjelajah
alam semesta yang tujuan utamanya adalah untuk bertemu dengan Allah?
Berikut inilah ringkasan kisahnya
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka'bah
al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau,
Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib,
tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu
membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka
merebahkan tubuh Rasulullah yang kemudian Jibril as membelah dada beliau
yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada
Mikail:
"Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya".
Pembedahan menjelang Isra ini merupakan pembedahan keempat kalinya;
yang pertama ketika beliau masih menyusu pada Siti Halimah Sa’diyah,
yang kedua ketika usia baligh, yang ketiga ketika diangkat menjadi
utusan (rasul), dan keempat ketika akan diisrakan.
Kemudian
Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali,
kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan,
kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan
kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu
ditutup kembali oleh Jibril AS.
Dan perlu diketahui bahwa
penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah
diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini
tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas
kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena
akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta
sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT. Habib Ali bin Muhammad
al-Habsyi mengatakan di dalam kitab Simtudduror:
Mereka membaringkannya dengan hati-hati
Lalu membelah dadanya dengan lemah lembut
Dan mengeluarkan apa yang mereka keluarkan
Lalu menyimpankan rahasia ilmu dan hikmah ke
dalamnya
“Tiada suatu kotoran menganggu
yang dikeluarkan malaikat dari hatinya,
Tapi mereka hanya menambahkan
Kesucian di atas kesucian…”
Dalam syarahannya mengenai hadis Isra dan Mi’raj pada kitab At-Taajul
Jaami’lil ushuul fi ahaadiitsir rasuul, Syeikh Manshur Ali Nashif
menulis: Sesudah itu mereka (para malaikat) mendatangkan kepada
Rasululah seekor hewan putih lebih kecil dari baghal tetapi lebih besar
dari keledai, yaitu hewan buraq. Buroq tersebut dahulunya sering dinaiki
oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad saw. Buroq adalah hewan yang
besarnya lebih tinggi dari keledai tetapi lebih rendah dari baghal;
warna kulitnya putih dan mempunyai dua sayap yang ada di sebelah kanan
dan kirinya. Sekali lompat dapat mencapai sejauh matanya memandang;
apabila turun kedua kaki depannya memanjang, dan apabila naik kedua kaki
belakangnya memanjang, sehingga punggungnya tetap stabil. Nabi saw
menaikinya lalu terbang dengan diiringi oleh Malaikat Jibril dan
Malaikat Mikail.
Mereka terus melaju, mengarungi alam ciptaan Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan Rahmat-Nya.
Saudaraku, jika kita perhatikan dengan baik Isra Mi’raj Nabi Muhammad
saw, maka tampaklah sebuah kenyataan bahwa perjalanan itu merupakan
perjalanan menuju tempat-tempat yang berkah, menemui manusia-manusia
yang berkah dan kemudian bertemu dengan sumber segala keberkahan, yaitu
Allah yang Maha Kuasa. Secara jelas Allah mewahyukan:
Allah berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِيْ أَسْـرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْــجِدِ
الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْـجِدِ الأَقْصى الَّــذِيْ بَارَكْنَا حَوْلَهُ
لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ .
Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami BERKAHI
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (Al-Isra, 17:1)
Nabi saw berangkat dari Mekah, kota
yang penuh berkah, menuju Masjidil Aqsha yang penuh berkah dan
sebelumnya juga singgah di tempat-tempat yang berkah. Dalam sebuah Hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Nasa’i, Rasulullah saw bersabda:
“Aku diberi seekor hewan yang lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah
dari baghal. Langkah hewan itu sejauh pandangannya. Aku menungganginya,
dan Jibril Alaihissalam mendampingiku. Aku pun pergi. Di sebuah tempat
Jibril berkata, “Turunlah, shalatlah di sini.” Aku pun turun dan shalat.
Setelah itu Jibril berkata, “Tahukah di mana engkau tadi shalat?”
Engkau tadi shalat di Thaibah (Madinah), di sanalah tempat hijrahmu.”
(Setelah melanjutkan perjalanan) Jibril berkata, “Turunlah di sini dan
shalatlah.” Aku pun melaksanakan permintaannya. Setelah itu Jibril
berkata, “Tahukah di mana engkau tadi shalat? Engkau shalat di Thursina,
di mana Allah ‘Azza wa Jalla berbicara kepada Musa ‘Alaihissalam.”
(Setelah melanjutkan perjalanan) Jibril berkata, “Turunlah di sini dan
shalatlah.” Aku pun turun dan shalat. Setelah itu Jibril berkata,
“Tahukah di mana engkau tadi shalat? Engkau shalat di Bethlehem, tempat
kelahiran Isa Alaihissalam.” Setelah itu aku memasuki Baitul Maqdis, di
sana semua Nabi ‘Alaihissalam dikumpulkan untuk (bertemu dengan)ku.
Jibril kemudian membawaku ke depan (untuk menjadi imam). Aku pun lalu
mengimami mereka…” (HR Nasa’i)
Coba anda perhatikan, ternyata
Nabi saw diajak untuk singgah di tempat-tempat yang penuh berkah. Beliau
saw singgah di Madinah, dan shalat di sana, singgah di bukit Thursina,
tempat di mana Nabi Musa as diangkat menjadi Rasul, dan beliau shalat di
sana. Kemudian beliau singgah di Bethlehem, tempat kelahiran Nabi Isa
as, dan shalat di sana. Perjalanan ini berawal dari Makkah di mana
terdapat Kabah yang DIBERKAHI dan merupakan pusat ibadah umat islam. Ia
merupakan rumah pertama yang dibangun di muka bumi. Usia kabah setara
dengan usia bumi ini. Allah mewahyukan:
“Sesungguhnya rumah
yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah
Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang DIBERKAHI dan menjadi petunjuk
bagi semua manusia.” (Ali Imran, 3:96)
Siapapun yang berkunjung
ke sana akan mendapatkan banyak manfaat, ia akan bertemu manusia dari
segala bangsa, mendapat percikan cahaya iman mereka, dapat pula
memperoleh keuntungan duniawi, memberikan rasa aman (3:97), dan pahala
ibadah yang kita lakukan di sekitar kabah berlipat ganda dibandingkan di
tempat lain.
Persinggahan Isra’ Rasulullah diantaranya adalah
Thaibah yakni Kota Madinah yang memiliki banyak keberkahan. Kota inilah
pelabuhan hijrah Nabi Muhammad saw beserta para sahabat. Dari kota
inilah cahaya Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dari sekian
banyak keberkahan, keberkahan terbesar Madinah adalah bersemayamnya Nabi
Muhammad saw di sana. Tidak ada tanah yang lebih mulia dari tanah yang
di dalamnya terdapat tubuh manusai yang paling bertakwa, yang paling
mulia, yang paling dicintai Allah yaitu baginda Rasulullah saw. Ingatkah
Anda ketika pemuda Anshar kurang puas dengan pembagian hasil perang, di
mana Nabi saw lebih banyak memberi warga Mekah yang baru memeluk Islam
untuk menarik hati mereka? Apa sabda Nabi saw kepada Anshar, warga
Madinah, coba Anda simak:
“Tidak senangkah kalian, jika mereka
pulang ke rumahnya membawa harta rampasan perang, sedangkan kalian
pulang membawa Rasulullah saw ke rumah-rumah kalian? Andaikata kaum
anshar melewati sebuah lembah atau lereng, maka aku akan melewati lembah
atau lereng yang dilewati Anshar.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan
Ahmad)
Dalam kesempatan lain baginda Muhammad saw bersabda:
“Barangsiapa mampu untuk meninggal dunia di kota Madinah, maka
hendaknya dia lakukan hal itu, sebab aku akan memberikan syafaat kepada
orang yang meninggal di Madinah. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
Karena itulah para ulama dan segenap umat Islam dari zaman ke zaman
memuliakan kota Madinah dan mengharapkan keberkahannya. Imam Syafi’i
bercerita: Didepan pintu rumah Imam Malik kulihat tertambat seekor kuda
Mesir yang sangat indah. Aku belum pernah melihat kuda sebaik itu.
“Betapa indah kuda itu,” ucapku kepada beliau. “Wahai Abu Abdillah,
kuhadiahkan kuda itu kepadamu.”
“Simpanlah seekor hewan sebagai tungganganmu,” ujarku.
“Aku malu kepada Allah untuk menginjak tanah yang di dalamnya terdapat
Nabi Muhammad saw dengan kaki hewan tungganganku,” jawab imam Malik ra.
Kemudian beliau saw singgah di bukit Thursina ini yang mana keberkahannya tertulis di dalam Al Quran, Allah mewahyukan:
“Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari
(arah) pinggir LEMBAH YANG DIBERKAHI, dari sebatang pohon kayu, yaitu:
“Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.”
(Al-Qashash, 28: 30)
Kemudian persinggahan Isra berikutny
adalah Bethlehem tempat dimana Nabiyallah Isa as dilahirkan. Dimana pun
Nabi Isa as berada, senantiasa membawa keberkahan bagi penduduk
sekitarnya. Nabi Isa sendiri telah menyatakan bahwa diri beliau
diberkati, Allah mewahyukan:
“Dan DIA menjadikan Aku seorang yang DIBERKATI di mana pun aku berada.” (Maryam, 19:31)
Ketika menjelaskan ayat ini, Syeikh Abdulqadir Al-Jailani ra berkata:
Di antara keberkahan Nabi Isa as adalah berbuahnya pohon kurma untuk ibu
beliau Ash-Shiddiqiyyah Maryam as. Kemudian, munculnya air dari bawah
pohon kurma itu. Kejadian ini tiada lain adalah di Bethlehem tempat di
mana Nabi Isa as dilahirkan.
Allah Azza Wa jalla mewahyukan:
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu
bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon
itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum
dan bersenang hatilah kamu.” (Maryam, 19:24-26)
Setelah singgah
di tempat-tempat yang berkah, barulah Nabi saw berangkat menuju
Masjidil Aqsha yang disekelilingnya diberkati Allah.
Para ulama
menjelaskan bahwa daerah sekitar masjidil Aqsha dikatakan berkah karena
dua hal, pertama adalah karena tanahnya subur dan kaya akan hasil bumi.
Kedua, karena begitu banyak Nabi dan orang-orang saleh yang dimakamkan
di sana.
Saudaraku, kita semua tahu, bahwa inti Isra Mi’raj
adalah pertemuan Nabi Muhammad dengan Allah. Pertanyaannya, mengapa
sebelum pertemuan itu Allah memerintahkan Nabi saw untuk singgah di
tempat-tempat yang bersejarah tersebut? Semua itu tiada lain adalah
sebuah bentuk pembelajaran.
Allah ingin memberitahukan kepada
kita bahwa napak tilas para Nabi, rasul dan kaum sholihin adalah
tempat-tempat yang mulia, kita tidak boleh melupakannya begitu saja. Di
sana terdapat banyak keberkahan yang dapat kita peroleh. Sebagaimana
dicontohkan oleh Rasulullah saw dalam Isra Mi’raj di atas, maka
seyogyanya kita juga melakukan perjalanan ibadah ke tempat-tempat
bersejarah Islam, napak tilas para Nabi dan kaum sholihin. Semoga sunnah
Nabi saw ini dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril
dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam
perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid
al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi
pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di
sana.
Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS,
masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba
masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah
para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Diantara jamaah para nabi tersebut
Nabi saw melihat Nabi Musa as sedang shalat, yang ternyata ia berbadan
kurus dan berambut keriting, seakan-akan seseorang dari kalangan Bani
Syanu’ah. Beliau pun melihat Nabi Isa Ibnu Maryam as sedang shalat,
orang yang paling mirip dengannya ialah ‘Urwah ibnu Mas’ud Ats-Tsaqafi.
Beliau juga melihat Nabi Ibrahim as sedang shalat dan orang yang paling
mirip dengannya ialah beliau sendiri. Kemudian dikumandangkan adzan dan
iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan
mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu
menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat
dengan Rasulullah sebagai imam. Hal ini mengisyaratkan bahwa Nabi
Muhammad saw lebih utama dan lebih mulia daripada mereka di sisi Allah.
Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya' dan Mursalin. Ketika beliau saw
selesai dari shalat, tiba-tiba ada seseorang mengatakan, “Hai Muhammad,
ini adalah Malaikat malik penjaga pintu neraka, ucapkanlah salam
kepadanya”. Aku menoleh dan ternyata dialah yang memulai bersalam
kepadaku.
Kemudian setelah beliau menyempurnakan segalanya, --
Syeikh Manshur menjelaskan – lalu dipasang untuk beliau Mi’raj, yaitu
berupa tangga yang memiliki tingkatan-tingkatan sesuai dengan jumlah
lapisan langit. Barangsiapa yang menaiki satu derajat dari Mi’raj itu,
maka Mi’raj akan membawanya naik ke tingkatan yang selanjutnya lebih
cepat dari sekejap mata sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah
dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini
mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan
anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil
Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah
yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah
sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu
kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba
yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk
menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan
pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat
yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya
dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat wafatnya Rasulullah
SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing
malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:
"Siapakah ini?"
Jibril menjawab: "Aku Jibril."
Malaikat itu bertanya lagi: "Siapakah yang bersamamu?"
Jibril menjawab: "Muhammad saw."
Malaikat bertanya lagi: "Apakah beliau telah diutus (diperintah)?"
Jibril menjawab: "Benar".
Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata:
"Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan
pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya
makhluk yang datang".
Fahamlah kita dari ucapan ini, tidak ada
satupun makhluk yang lebih mulia menginjak langit pertama melebihi
Sayyidina Muahmmad shallallahu 'alaihi wasallam
Maka dibukalah pintu langit dunia ini".
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur
sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam
kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata:
"Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh".
Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah
kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang
kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian
Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan
Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang
yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian beliau naik
ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti
pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW
dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa
Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa
baju dan gaya rambutnya.
Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia
berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas
terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya.
Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai
sambutan: "Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang
sholeh".
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga,
setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi
Yusuf bin Ya'kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam
yang sama seperti salamnya Nabi Isa.
Nabi berkomentar: "Sungguh dia
telah diberikan separuh ketampanan". Dalam riwayat lain, beliau
bersabda: "Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia
telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama
mengalahkan cahaya seluruh bintang".
Ketika tiba di langit keempat,
beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan
doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima,
beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan
seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang.
Pada tahapan
langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi
dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw
bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah
itu Nabi Musa berkata: "Manusia mengaku bahwa aku adalah paling
mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya
di sisi Allah daripada aku".
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa,
beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab:
"Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi
umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku".
Kemudian
Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi
Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga
sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur.
Setelah
Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang
baik, Nabi Ibrahim berpesan: "Perintahkanlah umatmu untuk banyak
menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas".
Rasulullah bertanya: "Apakah tanaman surga itu?", Nabi Ibrahim
menjawab: "(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil
‘adziim".
Dalam riwayat lain beliau berkata:
"Sampaikan salamku
kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat
indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal
hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar".
lantas Rasul
berkata setelah itu aku di naikkan ke Baitul Ma’mur yang tempatnya tepat
berada diatas Ka’bah, lantas aku berkata pada Jibril, “apa ini wahai
Jibril?”
Jibril berkata :
“ini Baitul Ma’mur, 70 ribu malaikat
shalat setiap harinya dan keluar dari Baitul Ma’mur 70 ribu dan tidak
pernah kembali lagi terus keluar 70 ribu tepat diatas ka’bah al
Musyarrafah tempatnya”
Hadirin hadirat lantas Rasul saw dinaikan
lagi sampai mendengar lauhul mahfud (ketentuan takdir) sampai ia
mendengar yaitu keputusan-keputusan Allah swt lantas setelah itu
diperintah untuk menghadap langsung kepada Allah swt, Jibril berhenti
tidak meneruskan menemani lagi, karena dalam riwayat yang lainya Jibril
berkata : “aku tidak mampu terus menghadap kepada Allah karena tidak
diizinkan untuk menghadap, hanya engkau yang diizinkan untuk menghadap,
kalau aku naik aku akan hancur terbakar dengan cahaya hijab, dari
hijabnya Allah swt, cahaya dari 70 ribu tabir cahaya yang menutupi
makhluk dengan Al Khaliq, jika sampai aku ke hijab itu aku akan
terbakar” kata Jibril.
70 ribu tabir terbuka untuk Sayyidina
Muhammad saw, saat itulah beliau berjumpa dengan Allah subhanahu
wata'ala, dan Allah subhanahu wata'ala telah berfirman :
“Saat itu sangat dekat dia dengan Allah subhanahu wata'ala” (QS Annajm 8-9)
Diantara sekian banyak rahasia didalam mi’raj diantaranya adalah ucapan
para penyair bahwa ketika Nabi Musa a.s menghadap Allah Swt di Bukit
Tursina, maka disaat itu diperintahkan kepada Musa :
“lepas kedua sandal mu wahai Musa kau berada di lembah yang suci” (QS Thaahaa 12)
Maka disaat Rasulullah saw Mi’raj naik ke hadhratullah tidak diperintah
membuka kedua sandalnya, maka berkata para penyair dalam syairnya
manakah yang lebih mulia sandal atau Jibril as, jibril tidak bisa naik
kehadhratullah tapi sandalnya Rasulullah naik ke hadhratullah swt, tentu
jibril as lebih mulia dari sandal, sandal hanya terbuat dari kulit
kambing tapi karena sandal terikat dengan kaki Sayyidina Muhammad saw
walaupun terbuat dari kulit kambing karena terikat dengan kaki
Rasulullah saw, demikian pakaian Rasulullah saw naik ke hadirat Allah
swt, tidak diperintah membuka kedua sandalnya sebagai tanda bahwa
orang-orang yang terikat hatinya dengan Rasulullah saw sangat dekat
dengan Allah swt, Allah tidak perintahkan semua yang bersama Rasul untuk
berpisah, bahkan sandalnya pun tidak diperintahkan dibuka menunjukkan
lebih lagi hatinya yang terikat cinta pada Sayyidina Muhammad saw,
mereka mendapatkan rahasia kemuliaan isra’ wal mi’raj, seluruh ummat
beliau buktinya, saat kita shalat kita mengulang kembali kalimat
percakapan Allah dengan Nabi Muhammad saw: yaitu : attahiyyatul
Mubaarakaatu….dst.
kalimat itu kalimat percakapan antara Allah dan
Nabi Muhammad saw, kau ucapkan didalam shalat, setiap shalat kita
mengucapkannya, rahasia kemuliyaan isra’ wal mi’raj tumpah pada kita 5
kali setiap harinya, ingin lebih lakukan lagi, ada shalat dhuha, ada
shalat witir, ada shalat tahajjud, ada shalat shalat lainnya.
Diriwayatkah didalam Assyifa oleh Hujjatul Islam Al Qadhi’iyad rah.
bahwa di saat itu Rasul shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan :
“Saat aku naik menuju Mi’raj aku melihat dilangit itu para malaikat
gemuruh dengan dzikir dan tasbih dan warna dan bentuk yang belum pernah
aku lihat di permukaan bumi ada warna seperti itu dan bentuk seperti itu
dan kulihat hamparan surga itu bentangan tanahnya adalah Misk yang di
keringkan, minyak wangi yang mengering dari indahnya di campur dengan
berlian dan juga mutiara dan kemudian aku sampai ketika menembus
Muntahal khalai’iq (batas akhir seluruh Makhluk) tidak lagi kudengar
satu suarapun, sepi dan senyap, tidak ada lagi bentuk dan warna warni
dan saat itu akupun mendengar satu suara :
“mendekat mendekat wahai Muhammad, tenangkan dirimu dari ketakutanmu wahai Muhammad”
maka beliau pun bersujud lalu berkata : Attahiyyatul Mubaarakaatusshalawaatutthayyibaatu lillah“
(Rahasia keluhuran, kebahagiaan, kemuliaan, keberkahan, milik Allah dan untuk Allah subhanahu wata'ala)
Maka aku mendengar jawaban ucapan Rasul : Assalaamu alaika
ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakaatuh”, (Salam sejahtera wahai Nabi
dan Rahmatnya Allah, dan keberkahannya)
Maka aku menjawab :
“Assalaamu alaina, wa alaa ibaadillahisshaalihiin” (Salam sejahtera bagi
kami (yaitu aku dan ummatku), dan hamba hamba yg shalih (yaitu para
nabi dan malaikat)
Beliau tidak mau mengambil rahasia salam
sejahtera dari Allah sendiri, tapi ingin menyertakan Ummat Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam dengan ucapan :
“salam sejahtera untuk kami dan para hamba Allah yang Shaleh yaitu para malaikat dan para Rasul dan Nabi”
Demikian sebagian ulama menjelaskan.
Saudaraku, maka di wajibkannya 50 waktu shalat, lantas beliau turun berjumpa dengan Nabiyallah Musa As,
“apa yang dikatakan Tuhanmu?”
“aku di berikan hadiah untuk membawa shalat 50 waktu”
“baliklah..!, bani Israil tidak mampu melakukan 50 waktu apalagi
ummatmu, Ummatmu lebih pendek usianya, lebih lemah, lebih tidak berdaya,
balik lagi minta kekurangan”
Maka Rasulullah saw kembali, ketika meminta kekurangan seraya berkata :
“Wahai Allah sungguh Ummatku sudah sangat lemah dibanding ummat-ummat
sebelumnya” Maka Allah subhanahu wata'ala menguranginya 10 menjadi 40
waktu,
Dia turun pada Nabiyallah Musa, Musa a.s berkata :
“apa yang kau dapat, di kurangi berapa?”
Rasul saw menjawab : “sepuluh”
“kembalilah lagi, 40 waktu tidak mampu ummatmu, minta dikurangi lagi, minta keringanan”
Maka Nabi saw balik lagi pada Allah, dikurangkan lagi 10 hingga
demikian sampai 5 waktu yaitu beliau bulak balik demi minta keringanan.
Didalam salah satu riwayat Nabiyallah Musa a.s itu ketika beliau a.s
mendengar firman Allah Swt di bukit Tursina, setelahnya ia turun dari
bukit tersebut sambil menutup telingannya dari semua suara benda dan
hewan karena ia tidak tahan mendengar buruknya suara benda dan hewan
karena ia telah mendengar suara yang sangat begitu lembut dan indah
mewakili firmannya Allah Swt hingga ia tidak kuat mendengar suara air,
suara burung, suara manusia, suara hewan yang semuanya menyakiti telinga
Musa a.s. Hal itu terjadi pada Nabiyallah Musa a.s di dunia. cahaya
terang pun terlihat diwajah Nabiyallah Musa yang dilihat oleh istri dan
anak-anaknya hingga mereka berkata, “Demikian terang benderang wajahmu.”
Nabiyallah Musa As berkata : “Aku tadi mendapat firman Allah Swt.” maka
ketika di malam isra’ wal mi’raj Nabi Musa a.s melihat wajah Rasulullah
Saw sesaat setelah kembali dari hadapan Allah Swt dengan wajah yang
terang benderang bias dari cahaya Rabbul’alamin swt, Nabiyallah Musa a.s
bahkan mencari alasan supaya Muhammad kembali lagi ke atas supaya bisa
balik lagi, jumpa lagi, melihat lagi cahaya keindahan Allah, wajah
Beliau bagaikan cermin yang mencerminkan cahaya keagungan Ilahi, balik
lagi keatas, balik lagi hingga berkali kali Nabi Musa a. bisa menikmati
bias dari cahaya keindahan Rabbul’alamin yang terlihat di wajah
Sayyidina Muhammad Saw dan setelah itu Nabiyallah Musa pun ketika Rasul
berkata :
“sudah cukup 5 waktu tadi sudah di beri pahala 50 waktu oleh Allah subhanahu wata'ala”
”Kembali lagi”
Rasul berkata : “aku sudah malu, karna Allah Swt sudah berfirman : “
Aku sudah lewatkan dan sudah jalankan fardhu Ku untuk hamba-hamba
Ku”(Shahih Bukhari)
Yaitu Allah Swt telah menentukannya dan tidak
lagi merubahnya 5 waktu, Allah Maha tahu shalat itu 5 waktu bukan 50
waktu, namun Allah ingin memberi isyarat kepada sang Nabi dan kepada
ummat beliau yaitu kita berapa besarnya rindu kita kepada Allah Swt,
berapa besarnya rindu Allah pada kita, Allah meminta 50 kali kita
menghadap, kita 5 kali saja ada yang masih malas dan keberatan, berapa
cinta Allah kepada kita, berapa cinta kita kepada Allah, Allah minta 50
kali, karena kita lemah kita diberi 5 kali tapi sama dengan 50 waktu
seakan akan 50 kali menghadap Allah, inilah cinta nya Rabbul’alamin
kepada hamba-Nya.
Rasul saw kembali membawakan kepada kita hadiah
Ilahiyah berupa 5 waktu yang mulya, 5 waktu suci untuk menghadap Ilahi,
jiwa dengan jiwa, ruh dengan ruh. Walaupun jasad kita di bumi tapi ruh
dan jiwa kita dan sanubari kita saat mulai takbiratul ihram hingga salam
saat itu terbuka hijab antara hamba dengan Allah swt, sebagaimana
hadits Rasul saw: “Barang siapa yang melakukan shalat sungguh ia sedang
berbicara dan bercakap cakap dan menghadap Allah subhanahu wata'ala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar